BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal
dengan CVA (Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).
Stroke
atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer
C. Suzanne, 2002, hal 2131).
Stroke Non Hemoragik merupakan sindroma klinik yang
awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau
global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian
yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif
Mansjoer, 2000, hal 17).
B. Etiologi
1.
Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya.
2.
Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. (Sumber
; PE-Stroke_Figure2. Di akses tanggal 2 juni 2009)
3.
Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak) terjadi
akibat emboli dan thrombosis cerebral biasanya terjadi setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan
namun iskemia yang menimbulkan hipoksia selanjutnya dapat timbul oedeme
sekunder. (Arif Muttaqin, 2008, hal 130)
C. Patofisiologi
Iskemia
disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh
embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat
dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal
2131)
Suplai
darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru
dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap
otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema
dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah
satunya cardiac arrest (Smeltzer C. Suzanne, 2002 ).
D. Faktor Resiko
Menurut
Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131 resiko pada Stroke Non Hemoragik antara
lain :
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler : arteria koronaria,
gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif.
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit (resiko infark
serebral)
6. Diabetes Melitus (berkaitan dengan
aterogenesis terakselerasi)
7. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai
hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)
8. Penyalahgunaan obat (kokain)
9. Konsumsi alkohol
E. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer
& Bare (2002), stroke menyebabkan berbagai defisit neurologisbergantung
pada lokasi lesi, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori).
a.
Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerak motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan
kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada
neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor yang
paling umum adalah
1) Hemiplegia, yaitu paralisis pada salah satu sisi.
2) Hemiparesis, yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
b.
Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi stroke adalah bahasa dan komunikasi.
1)
Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan
bicara yang sulit dimengertiyang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
2)
Disfasia atau Afasia (kehilanganbicara), yang
terutamaekspresifatau reseptif.
3)
Apraksia (ketidakmampuanuntukmelakukantindakan yang
dipelajarisebelumnya), sepertiterlihatketikapasienmengambilsisir dan
berusahauntukmenyisirrambutnya.
c.
Gangguanpersepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan menginterprestasikan sensasi.
1)
Disfungsi persepsi visual
Kehilangan setengah lapang pandang (hemianopsia), sisi visual yang terkena
berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
2)
Kehilangan sensori
Stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat,
dengan kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerak bagian tubuh serta
kesulitan dalam menginterpretasikan strimulasi visual, taktil dan auditorius.
d.
Gangguan
fungsi koknitif dan efek psikologis
Bila kerusakan terjadi
pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi kortikal yang
lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini ditunjukan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
e.
Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke, pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik postural.
Berdasarkan bagian
hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
a.
Stroke hemisfer kanan
Hemiparesis atau hemiplegia pada sisi kiri tubuh, defek lapang penglihatan
kiri, defisit persepsi, prilaku implusif dan penilaian buruk, kurang kesadaran
terhadap defisit.
b.
Stroke hemisfer kiri
Hemiparesis atau hemiplegia kanan, defek lapang pandang kanan, afasia
(ekspresif, reseptif atau global), prilaku lambat dan kewaspadaan.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges E, Marilynn, 2000 hal 292, pemeriksaan
penunjang pada Stroke Non Hemoragik antara lain :
1.
CT Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan
adanya infark
2.
Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri
3.
Pungsi Lumbal
-
menunjukan adanya tekanan normal
-
tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan
4.
MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik.
5.
EEG :
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6.
Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit
arteriovena
7.
Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal
G. Penatalaksanaan
Menurut
Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131 penatalaksanaan pada Stroke Non Hemoragik
antara lain :
a.
Medik
1. Diuretika
: untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari
setelah infaks serebral
2. Anti
koagulan : Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi dari tempat lain dalam
kardiovaskuler
3.
Anti trombosit : dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi
4. Periksa
darah
-
Darah lengkap
-
Kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
b.
keperawatan
1.
Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu
lakukan kateterisasi
2.
Vital Sign diusahakan stabil
3.
Berikan O2 (3-4 Liter) jika perlu
4.
Lakukuan EKG
5.
Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnese dan pemeriksaan fisik
H. Komplikasi
Menurut Smeltzer
C. Suzanne, 2002, hal 2131,
komplikasi yang dapat timbul pada pasien Stroke Non Hemoragik antara lain :
1.
Hipoksia Serebral
Otak bergantung pada ketersediaan O2
yang dikirimkan ke jaringan
2.
Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral tergantung pada
tekanan darah, curah jantung, dan intergritas pembuluh darah serebral
3.
Luasnya area cedera
Embilisme serebral dapat terjadi
setelah infaks miokard atau fibralsi atrium atau dapat berasal dari katup
jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah keotak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan
curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal.
I. Pengkajian
Menurut Doenges E, Marilynn,2000 hal 292 pengkajian
pada Stroke Non Hemoragik antara lain :
1. Pengkajian
Primer
A. Airway
Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas
dari segala hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing
maupun sebagai akibat strokenya sendiri.
B. Breathing
Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi
akibat gangguan di pusat napas (akibat stroke) atau oleh karena komplikasi
infeksi di saluran napas.
C. Circulation
Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular),
yaitu fungsi jantung dan pembuluh darah. Seringkali terdapat gangguan irama,
adanya trombus, atau gangguan tekanan darah yang harus ditangani secara cepat.
Gangguan jantung seringkali merupakan penyebab stroke, akan tetapi juga bisa
merupakan komplikasi dari stroke tersebut
D. Disability:
nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
E. Exposure
: ukur suhu
2. Pengkajian
Sekunder
A. Wawancara
(Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144)
1. Identitas
klien: Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan
utama: Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat
penyakit sekarang: Identifikasi faktor penyebab, Kaji saat mulai timbul; apakah
saat tidur/ istirahat atau pada saat aktivitas, Bagaimana tanda dan gejala
berkembang; tiba-tiba kemungkinan stroke karena emboli dan pendarahan, tetapi
bila onsetnya berkembang secara bertahap kemungkinan stoke trombosis, Bagaimana
gejalanya; bila langsung memburuk setelah onset yang pertama kemungkinan karena
pendarahan, tetapi bila mulai membaik setelah onset pertama karena emboli, bila
tanda dan gejala hilang kurang dari 24 jam kemungkinan TIA, Observasi selama
proses interview/ wawancara meliputi; level kesadaran, itelektual dan memory,
kesulitan bicara dan mendengar, Adanya kesulitan dalam sensorik, motorik, dan
visual.
4. Riwayat
penyakit dahulu: Ada atau tidaknya riwayat trauma kepala, hipertensi, cardiac
desease, obesitas, DM, anemia, sakit kepala, gaya hidup kurang olahraga,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator dan obat-obat adiktif.
5. Riwayat
penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
6. Riwayat
psikososial: Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien
dan keluarga.
7. Pola-pola
fungsi kesehatan:
a. Pola
kebiasaan. Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol.
b. Pola
nutrisi dan metabolisme , adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.
c. Pola
eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d. Pola
aktivitas dan latihan, adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
e. Pola
tidur dan istirahat biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena
kejang otot/nyeri otot.
f. Pola
hubungan dan peran: Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g. Pola
persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
h. Pola
sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/ sentuhan menurun pada muka dan
ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori
dan proses berpikir.
i. Pola
reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi,
antagonis histamin.
j. Pola
penanggulangan stress: Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan
masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k. Pola
tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena
tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
B. Pemeriksaan
fisik (Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144)
1. Keadaan
umum: mengelami penurunan kesadaran, Suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia: tanda-tanda
vital: TD meningkat, nadi bervariasi.
2. Pemeriksaan
integument:
a. Kulit:
jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus
bed rest 2-3 minggu.
b. Kuku
: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
c. Rambut
: umumnya tidak ada kelainan.
3. Pemeriksaan
leher dan kepala:
a. Kepala:
bentuk normocephalik
b. Wajah:
umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.
c. Leher:
kaku kuduk jarang terjadi.
4. Pemeriksaan
dada: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan
abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
6. Pemeriksaan
inguinal, genetalia, anus: Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
7. Pemeriksaan
ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan
neurologi:
a. Pemeriksaan
nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central.
b. Pemeriksaan
motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
c. Pemeriksaan
sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi.
d. Pemeriksaan
refleks: Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan
refleks patologis.
K. Diagnosa Keperawatan :
Menurut Doenges E, Marilynn, 2000 hal 293-305, diagnose yang muncul pada pasien Stroke Non Hemoragik antara lain :
a.
Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya
aliran darah : penyakit oklusi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh :
-
Perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori
-
Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan
-
Deficit sensori, bahasa, intelektual dan emosional
-
Perubahan tanda tanda vital
Kriteria hasil :
-
Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi
dan fungsi sensori / motor
-
Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
-
Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran /
kekambuhan
Intervensi :
Independen
-
Tentukan factor factor yang berhubungan dengan
situasi individu / penyebab koma /
penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
-
Monitor dan catat status neurologist secara teratur
-
Monitor tanda tanda vital
-
Evaluasi pupil
(ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya)
-
Bantu untuk mengubah pandangan, misalnaya pandangan kabur,
perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
-
Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien
mengalami gangguan fungsi
-
Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .
-
Pertahankan tirah baring, sediakan lingkungan yang
tenang, atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
-
berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
-
berikan medikasi sesuai indikasi :
·
Antifibrolitik, misal aminocaproic acid (amicar)
·
Antihipertensi
·
Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
·
Manitol
b.
Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan
neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif
Dibuktikan oleh :
-
Ketidakmampuan dalam bergerak pada lingkungan fisik :
kelemahan, koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan
otot.
Kriteria hasil :
-
tidak ada kontraktur, foot drop.
-
Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau
kompensasi dari bagian tubuh
-
Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas
sebagaimana permulaanya
-
Terpeliharanya integritas kulit
Intervensi
Independen
-
Rubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
-
Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada
semua ekstremitas
-
Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot
board pada saat selama periode paralysisi flaksid. Pertahankan kepala dalam
keadaan netral
-
Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
-
Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
-
Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema atau menormalkan sirkulasi
-
Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
Kolaboratif
-
konsul kebagian fisioterapi
-
Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
-
Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
c.
Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan
neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial
/ mulut, kelemahan umum / letih.
Di tandai dengan :
-
Gangguan artikulasi
-
Tidak mampu berbicara / disartria
-
ketidakmampuan moduasi wicara, mengenal kata,
mengidentifikasi objek
-
Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara
komprehensip
Kriteria hasil :
-
Pasien mampu memahami problem komunikasi
-
Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
-
Menggunakan sumber bantuan dengan tepat
Intervensi
Independen
-
Bantu menentukan derajat disfungsi
-
Bedakan antara afasia denga disartria
-
Sediakan bel khusus
jika diperlukan
-
Sediakan metode komunikasi alternatif
-
Antisipasi dan sediakan kebutuhan paien
-
Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
-
Bicara dengan
nada normal
Kolaborasi :
-
Konsul dengan
ahli terapi wicara
d.
Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori transmisi, perpaduan (trauma / penurunan
neurology), tekanan psikologis (penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh
kecemasan)
Ditandai ;
-
Disorientasi waktu, tempat , orang
-
Perubahan pla tingkah aku
-
Konsentrasi jelek, perubahan proses piker
-
Ketidakmampuan untuk mengatakan letak organ tubuh
-
Perubahan pola komunikasi
-
Ketidakmampuan mengkoordinasi kemampuan motorik.
Kriteria hasil :
-
Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi
pada level biasanya.
-
Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat
-
Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi
Intervensi
Independen
-
Kaji patologi kondisi individual
-
Evaluasi penurunan visual
-
Lakukan pendekatan dari sisi yang utuh
-
Sederhanakan lingkungan
-
Bantu pemahaman sensori
-
Beri stimulasi terhadap sisa sisa rasa sentuhan
-
Lindungi psien dari temperature yang ekstrem
-
Pertahankan kontak mata saat berhubungan
-
Validasi persepsi pasien
e.
Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler,
penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Ditandai dengan :
-
kerusakan kemampuan melakukan AKS misalnya
ketidakmampuan makan, mandi, memasang / melepas baju, kesulitan tugas toileting
Kriteria hasil :
-
Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat
kemampuan sendiri
-
Mengidentifikasi sumber pribadi / komunitas dalam
memberikan bantuan sesuai kebutuhan
-
Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kenutuhan perawatan diri
Intervensi:
-
Kaji kemampuan dantingkat kekurangan (dengan
menggunakan skala 1-4) untuk melakukan kebutuhan ssehari-hari
-
Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat
dilakukan pasiensendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
-
Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang
kebutuhannya untuk menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan
urinal,bedpan.
-
Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan
kembalikanpada kebiasaan pola nornal tersebut. Kadar makanan yang
berserat,anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
-
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha
yang dilakukan atau keberhasilannya.
Kolaborasi;
-
Berikan supositoria dan pelunak feses
-
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi
f.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan
batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
Kriteria hasil:
-
Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
-
Ekspansi dada simetris
-
Bunyi napas bersih saaatauskultasi
-
Tidak terdapat tanda distress pernapasan
-
GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
-
Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
-
Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi
jalan napas dan memmberikan pengeluaran sekresi yang optimal
-
Penghisapan sekresi
-
Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas
setiap 4 jam
-
Berikan oksigenasi sesuai advis
-
Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi
g.
Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan
turun,hilang rasa ujung lidah
Ditandai dengan :
-
Keluhanmasukan makan tidak adekuat
-
Kehilangan sensasi pengecapan
-
Rongga mulut terinflamasi
Kriteria hasil :
-
Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi specifik
untukmerangsang nafsu makan
-
BB stabil
-
Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat
Intervensi;
-
Pantau masukan makanan setiap hari
-
Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
-
Dorong pasien untukmkan diit tinggi kalori kaya nutrien
sesuai program
-
Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari
makanan terlalu manis,berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan
-
Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
Kolaborasi:
-
Pemberian anti emetikdengan jadwal reguler
-
Vitamin A,D,E dan B6
-
Rujuk ahli diit
-
Pasang /pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan
enteral
DAFTAR PUSTAKA
Long C, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah,
Jilid 2. Bandung ; Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Tuti Pahria, dkk. 1993. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan,
Jakarta ; EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ; EGC
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta ; EGC
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neurologi Klinis.
Yogyakarta ; Gajah Mada University Press

1 comments:
Sekarang Telah Hadir LIVECASINO338
CASINO dengan live dealer yang cantik-cantik untuk menemani anda
Livecasino338 merupakan Agen resmi dari Sbobet Live Casino aman dan Terpercaya.
Online 24 jam
Promo untuk saat ini:
~ Bonus Rollingan Casino 1% (all product)
~ Bonus Referral 3%
1 User id Untuk Semua permainan
~ Baccarat
~ Roulette
~ Sicbo
~ Dragon Tiger
~ Slot Game
~ Sabung Ayam
Contact US
WA : +855965922558
BBM : 2AD88032
NO HP : +855965922558
Register : www.livecasino338.com
Post a Comment