Sunday, 7 January 2018

Mampu beri laba, belum tentu tak berbahaya



Mampu beri laba, belum tentu tak berbahaya

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Return on equity (RoE) seringkali dijadikan salah satu acuan dalam pemilihan saham. RoE mengacu pada kemampuan emiten menghasilkan laba dari investasi pemegang saham. Namun, tak semua saham dengan RoE tinggi layak dilirik.
Menurut catatan KONTAN, ada lima emiten dari indeks LQ45 yang menawarkan RoE tertinggi. Mereka adalah PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dengan RoE 112,1%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan RoE 107,62%, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dengan RoE 42,23%, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dengan RoE 35,32% dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan RoE sebesar 32,34%.

"Biasanya, rasio ini dijadikan perhitungan dasar untuk investasi jangka panjang," ujar Analis Phintraco Sekuritas Setiawan Effendi, Jumat (5/1). Tapi, RoE tak bisa dijadikan satu-satunya patokan. Investor harus tetap mencermati fundamental emiten dan potensi bisnis jangka panjang.
Menurut dia, ada beberapa saham dengan RoE tinggi yang masih layak dikoleksi. "Perkembangan bisnis yang menjanjikan untuk PTBA, UNVR dan HMSP, membuat ketiga saham ini bisa jadi pilihan investasi bagi para investor," papar Setiawan.
Ia bilang, PTBA mendapat sentimen bagus lantaran meningkatnya harga batubara di tahun ini. Harga batubara diprediksi bisa mencapai US$ 90 per ton, sehingga bisa memberikan dampak positif terhadap kinerja PTBA.
Saham UNVR juga bisa jadi pilihan meski harganya sudah naik tinggi sepanjang 2017 lalu. Ini karena UNVR rutin membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya tiap tahun. Ia juga menilai, saham HMSP masih berpotensi tumbuh meski kerap dihantui kenaikan cukai rokok.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee sepakat, saham UNVR dan PTBA menjadi saham paling cocok bagi para investor jangka panjang. Selain menawarkan RoE di atas 100%, UNVR juga punya prospek yang cerah lantaran adanya potensi peningkatan konsumsi masyarakat. Tapi, valuasi UNVR yang sudah cukup tinggi juga tetap perlu menjadi pertimbangan.
Industri batubara juga tumbuh moncer tahun ini. "Hasil produksi batubara PTBA memang banyak dipakai untuk konsumsi dalam negeri. Tapi, kinerjanya akan tetap bertumbuh," ujar Hans.
Tetap selektif
Tapi, investor sebaiknya tetap selektif. Hans mencontohkan, meski LPPF punya RoE paling tinggi di antara saham-saham lainnya, masih banyak tantangan dalam bisnis LPPF. Misalnya, soal perubahan pola konsumsi masyarakat yang beralih berbelanja online.
Senada, Setiawan juga mengatakan persaingan tinggi bisa membuat kinerja LPPF tertekan, sehingga saham ini kurang menarik untuk dilirik. "Industri ritel tersaingi dengan adanya berbagai situs belanja online. LPPF belum tentu bisa mempertahankan pertumbuhannya," terang Setiawan.
Hal yang sama juga terjadi pada saham SCMA. Walau industri media cukup menarik, menurut Hans industri media sedang mencari wujud barunya. Kehadiran digital marketing dirasa mulai mengancam industri televisi, sehingga membuat iklan di televisi semakin berkurang.
Alhasil, kinerja SCMA bisa terkena dampaknya. Selain itu, para kandidat pilkada dan pemilu pun nampaknya lebih memilih untuk berkampanye di media sosial. Sehingga adanya tahun politik tak banyak meningkatkan jumlah iklan media di tahun ini.
Pada perdagangan Jumat (5/1), saham UNVR naik 1,12% ke Rp 54.000 per saham. Sedangkan saham PTBA naik 5,24% menjadi Rp 2.610 per saham. Lalu, HMSP naik 3,19% menjadi Rp 4.850, dan LPPF mendaki 3,84% jadi Rp 11.500 per saham.

0 comments:

Post a Comment